Kejadian gempa bumi di Padang, Indonesia sememangnya memberi 1001 peringatan kepada manusia tentang betapa maha hebat dan tiada tandingannya kuasa Allah S.W.T. Dengan sekelip mata dan sepantas kilat, musnahlah cebisan bumi yang dinaungi penduduk yang diduduki oleh umat Islam yang terbesar di dunia.
Kejadian ini telah menginsafkan manusia. Kealpaan manusia tentang dosa dan pahala yang semakin hari disebatikan dalam jiwa, tidak dipisahkan, menjadikan manusia "lena diulit mimpi indah" duniawi. Manusia bagaikan sudah hilang pedoman hidup sedangkan Allah menganugerahkan al-Quran sebagai petunjuk utama agar kita tidak tersasar. Memisahkan kehidupan sehari-harian dengan al-Quran merupakan tindakan yang bertentangan dengan agama.
Dengan terjadinya gempa di Indonesia, al-Quran yang terkandung kalam suci Allah telah membuktikan kebenarannya. Berdasarkan waktu gempa yang direkodkan di Padang, waktu kejadian menunjukkan pada jam 17.16 dan diikuti susulan gempa pada jam 17.58 dan keesokannya gempa di Jambi dicatatkan pada jam 08.52 (waktu antarabangsa).
Jam 17.16 (iaitu surah ke-17, al-Israk, ayat 16) bermaksud: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kederhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Jam 17.58 (surah ke-17, al-Israk, ayat 58) bermaksud: “Tidak ada suatu negeri pun (yang derhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu sudah tertulis di dalam kitab (Luh Mahfuz).”
Jam 08.52 (surah ke-8, al-Anfal, ayat 52) bermaksud: “(keadaan mereka) seperti Firaun dan pengikutnya serta orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat Allah, maka Allah menyeksa mereka disebabkan dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras seksaan-Nya.”
Kesemuanya adalah "kebetulan" yang dibuktikan Allah S.W.T menerusi kalamnya. Bumi selaku isi alam yang diciptaNya terus tertunduk pasrah dengan goncangan yang maha hebat. Manusia selaku hambaNya terus rela dan berserah dengan ujian yang menimpa. Segala-galanya yang dijadikan Allah adalah bukti kepada kekuasaanNya. Tidak ada makhluk yang dapat menandingiNya.
Namun, terdapat masej yang tersirat disebalik tirai kejadian. Wahai manusia, kembalilah kamu kepada agamamu. Sesungguhnya, Allah telah menjanjikan nikmat kepadamu jika kamu terus tunduk dan patuh kepadaNya. Janganlah sesekali engkau berpaling daripadaNya. Sesungguhnya, azab Allah amatlah pedih dan memeritkan.
Firman Allah bermaksud: “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban (yang dikandungnya), dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini?) (Surah al-Zalzalah : 1-3)
Kejadian ini telah menginsafkan manusia. Kealpaan manusia tentang dosa dan pahala yang semakin hari disebatikan dalam jiwa, tidak dipisahkan, menjadikan manusia "lena diulit mimpi indah" duniawi. Manusia bagaikan sudah hilang pedoman hidup sedangkan Allah menganugerahkan al-Quran sebagai petunjuk utama agar kita tidak tersasar. Memisahkan kehidupan sehari-harian dengan al-Quran merupakan tindakan yang bertentangan dengan agama.
Dengan terjadinya gempa di Indonesia, al-Quran yang terkandung kalam suci Allah telah membuktikan kebenarannya. Berdasarkan waktu gempa yang direkodkan di Padang, waktu kejadian menunjukkan pada jam 17.16 dan diikuti susulan gempa pada jam 17.58 dan keesokannya gempa di Jambi dicatatkan pada jam 08.52 (waktu antarabangsa).
Jam 17.16 (iaitu surah ke-17, al-Israk, ayat 16) bermaksud: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kederhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Jam 17.58 (surah ke-17, al-Israk, ayat 58) bermaksud: “Tidak ada suatu negeri pun (yang derhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu sudah tertulis di dalam kitab (Luh Mahfuz).”
Jam 08.52 (surah ke-8, al-Anfal, ayat 52) bermaksud: “(keadaan mereka) seperti Firaun dan pengikutnya serta orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat Allah, maka Allah menyeksa mereka disebabkan dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras seksaan-Nya.”
Kesemuanya adalah "kebetulan" yang dibuktikan Allah S.W.T menerusi kalamnya. Bumi selaku isi alam yang diciptaNya terus tertunduk pasrah dengan goncangan yang maha hebat. Manusia selaku hambaNya terus rela dan berserah dengan ujian yang menimpa. Segala-galanya yang dijadikan Allah adalah bukti kepada kekuasaanNya. Tidak ada makhluk yang dapat menandingiNya.
Namun, terdapat masej yang tersirat disebalik tirai kejadian. Wahai manusia, kembalilah kamu kepada agamamu. Sesungguhnya, Allah telah menjanjikan nikmat kepadamu jika kamu terus tunduk dan patuh kepadaNya. Janganlah sesekali engkau berpaling daripadaNya. Sesungguhnya, azab Allah amatlah pedih dan memeritkan.
Firman Allah bermaksud: “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban (yang dikandungnya), dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini?) (Surah al-Zalzalah : 1-3)
0 comments:
Post a Comment